Jurnal Hari Ke-82: Kenapa Aku Memilih Daftar Fomototo, Bukan Jadi Produktif 24/7
Jurnal Hari Ke-82: Kenapa Aku Memilih Daftar Fomototo, Bukan Jadi Produktif 24/7
Blog Article
Hari ini aku bangun dengan notifikasi berderet di HP.
Grup kerja, grup kuliah, grup keluarga, dan satu DM random yang isinya promosi investasi.
Seperti biasa, aku buka semuanya sambil setengah sadar.
Dan seperti biasa, rasanya langsung ingin tidur lagi.
Jam 10 pagi, sudah ada yang posting:
“Jangan rebahan terus, waktumu berharga. Kalau gak kerja keras sekarang, kapan suksesnya?”
Oke.
Capek.
Lagi-lagi kita disuruh berlari, padahal baru melek mata.
Terjebak Dalam Budaya "Gak Boleh Lelah"
Aku sadar, kita generasi yang tumbuh di era algoritma.
Yang dilatih untuk terus aktif, berkarya, tampil, update, dan viral.
Istirahat? Boleh. Tapi tetap harus produktif katanya.
Healing? Harus di-post.
Meditasi? Harus cantik dulu.
Semua hal jadi performa.
Dan aku?
Mulai jenuh.
Sampai satu malam aku scroll TikTok dan nemu komentar kocak:
“Kalau kamu gak kuat hustle culture, mending daftar Fomototo aja. Minimal damai.”
Awalnya Kupikir Cuma Candaan
Tapi aku penasaran.
Kuketik juga: daftar Fomototo.
Dan… langsung ketawa sendiri.
Gak ada pendaftaran ribet.
Gak ada misi.
Gak ada janji "ubah hidup dalam 7 hari."
Cuma satu hal yang kurasa:
tenang.
Fomototo Itu Bukan Tempat Kabur, Tapi Tempat Pulang
Setelah daftar Fomototo, aku gak langsung berhenti kuliah.
Gak tiba-tiba jadi anti-sosial juga.
Tapi aku jadi punya satu tempat netral.
Tempat di mana aku gak harus jadi versi terbaik dari diriku.
Tempat di mana eksistensi itu cukup — tanpa harus validasi.
Catatan Buat Kamu yang Baca
Kalau kamu pernah merasa
kalau hidup ini kayak lomba estafet yang gak ada garis finish-nya,
aku cuma mau bilang:
Mungkin kamu juga butuh tempat seperti Fomototo.
Gak harus spektakuler. Gak harus ribut.
Cukup daftar Fomototo.
Karena kadang, kita gak perlu menang.
Cuma butuh tenang.